Selasa, 21 April 2020

Aku kembali

Oke, Jadi ini pertama kali aku nulis lagi setelah setahun berlalu, mungkin blog ini sudah menjadi sarang laba-laba, tempat tinggal binatang melata, atau apalah itu hahaha. Doakan aku ya teman-teman, semoga aku bisa konsisten menulis seperti dulu lagi *aminnn...

Apa saja sih yang terjadi selama setahun ini? Baiklah akan ku ceritakan semuanya.

Terakhir aku menulis di blog ini bulan februari 2019, yang artinya saat itu aku masih duduk di kelas XII SMA. Aku sudah melalui yang namanya Simulasi, Ujian Praktek, Ujian Sekolah, dan Ujian Nasional, yaa walaupun lulus dengan hasil yang tidak bisa dibilang baik juga hahaha. Banyak yang harus ditinggalkan ketika meninggalkan Sekolah Menengah Atas, guru-guru, teman-teman sekelas yang selalu solid dalam hal menyontek, sahabat, serta adik-adik kelas X dan XI yang tampan-tampan hehe. Tapi, menurutku berpisah dengan sahabat lah yang paling berat, harus meninggalkan kenangan bersama, gak bisa mengumpul dan mengghibah lagi, gak bisa ke WC sama-sama lagi padahal yang pipis cuma satu orang eh yang nganterin bisa sampai lima orang, dan gak melakukan hal gila lainnya lagi. Ya namanya juga demi menggapai cita-cita masing-masing, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, bukan?

Aku melanjutkan pendidikanku di Universitas Palangka Raya. Ikut tes SBMPTN mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, orang tuaku tidak terlalu setuju, padahal aku ingin mengasah kemampuan menulisku agar segera bisa menerbitkan buku solo yang tidak jadi terbit tahun lalu karena aku menyerah ditengah jalan. Tapi sungguh naas nasibku, aku tidak lolos dan hal itu membuat aku uring-uringan beberapa hari, menangis, dan patah semangat untuk berkuliah. Aku malu, apalagi setelah tau semua sahabat dan teman-temanku lolos semua. Tapi orang tuaku yang selalu memberi dukungan untukku dan itu memberi semangat dan dorongan yang luar biasa dalam diri ini.

Setelah gagal tes SBMPTN, aku mengikuti tes SMMPTN, orang tuaku menghasut untuk mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, biar cepat dapat kerja katanya. Kakak sulungku memaksaku mengambil jurusan Bahasa Inggris, andai saja dia tau bahwa otak adik bungsunya ini tidak secerdas adik-adik nya yang lain. Hasilnya aku mengambil Bahasa inggris untuk pilihan pertama, PGSD untuk pilihan kedua, dan tetap PBSI untuk pilihan ketiga *bandel sekali aku.

Hari pengumuman kelulusan pun tiba, aku membuka link yang diberikan oleh pihak kampus dengan hati yang berdebar hahaha, Aku takut gagal lagi, dan jalur Mandiri itu harapan terakhirku untuk bisa berkuliah. Dan aku dinyatakan lolos, tetapi pilihan kedua yaitu PGSD, doa dan restu orang tua memang luar biasa. Kunikmati semua prosesnya, walau PGSD bukan jurusan yang aku inginkan, apalagi aku orang nya galak, tidak suka bocah kecil nakal yang tidak bisa dibilangi, sungguh tidak bisa kubayangkan jika aku menjadi seorang guru SD kelak. Tapi PGSD bukan jurusan yang buruk, aku mulai merasa enjoy dan mengikuti perkuliahan dengan baik. Walau ada Saja yang membuatku harus extra bersabar, contohnya menghadapi dosen yang galak, memberi tugas yang tidak masuk akal, dan lainnya. Tapi tidak semua, ada juga dosen yang sangat baik, aku selalu senang dan bersemangat mengikuti kelas mereka. Bertemu teman-teman baru yang wataknya berbeda-beda, dan untung saja aku bisa segera memposisikan diri dan berbaur dengan baik. Kisah cintaku di Perguruan Tinggi? Ah mungkin yang satu ini akanku ceritakan lagi di postinganku berikutnya. 

Sekian dulu ya teman-teman, semoga ceritaku yang tidak berfaedah ini tidak membuat bosan haha. Jika banyak salah penulisan kata, tanda baca, bahkan pemborosan kata, mohon dimaafkan, karena aku baru ingin memulai lagi dan belajar menulis semakin baik setiap hari. Dan jika ingin mengkritik dan memberi saran, dipersilahkan ya. Terima kasih 🤗😊

Sabtu, 09 Februari 2019

Resensi Novel Tere Liye - Pergi


Judul Buku : Pergi
Penulis : Tere Liye
Co-author : Sarippudin
Penerbit : Republika
Cetakan : I, April 2018
Tebal : iv+ 455 halaman
Genre  : Action, Romance
Ukuran : 13,5 x 20,5 cm
Cover : Resoluzy
Color : Black-White
Harga : Rp. 79.000,- (harga normal)

Sinopsis
Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan dibawa. Pergi.

**************

Tere Liye melalui tulisannya selalu berhasil memikat pembaca untuk terus-menerus mencintai karya-karyanya. Seperti novel-novel Tere Liye sebelumnya, novel yang berjudul 'Pergi' ini juga berhasil membuat saya jatuh cinta.

Melanjutkan novel Pulang, Pergi dibuka dengan adegan penyerbuan ke markas El Pacho di Meksiko. Bersama si kembar Kiko dan Yuki, White, serta Salonga, Bujang hendak merebut teknologi pendeteksi serangan siber milik Keluarga Tong yang dicuri oleh salah satu penguasa shadow economy di Asia Pasifik tersebut.

Pembukaan semacam ini seolah mengindikasikan bahwa Pergi akan berjalan dalam tempo yang cepat. Tidak bertele-tele mengenalkan karakter atau membangun konflik cerita. Pembaca lekas dihadapkan pada situasi menegangkan, pertempuran antara dua kelompok shadow economy. Rasa penasaran pembaca semakin membuncah, ketika Tere Liye menghadirkan tokoh baru. Memakai bahasa Bujang, lantas menyebut Bujang sebagai adik lelakinya. Hmm, siapa dia?

“...Aku harus pergi. Adios, Hermanito.” (hal. 26)

Berawal dari penyerbuan itu, alur Pergi merangsek maju. Sepeninggal Tauke Besar sebelumnya, Bujang yang kini menjadi Tauke Besar baru berhasil mengembangkan bisnis Keluarga Tong. Mereka tidak lagi bergerak di bidang bisnis kotor selayak perjudian, narkoba, atau perdagangan obat-obatan. Keluarga Tong telah bertransformasi selama dua puluh tahun terakhir, begitu pula beberapa penguasa shadow economy lainnya.

“Catat baik-baik: satu di antara empat kapal di perairan dunia adalah milik keluarga penguasa shadow economy. Satu di antara enam properti penting di dunia adalah milik shadow economy. Bahkan satu di antara dua belas lembar pakaian, satu di antara delapan telepon genggam, satu di antara sembilan website adalah milik jaringan organisasi shadow economy. Media sosial raksasa tempat banyak orang memposting foto, status, atau aplikasi transportasi online misalnya, itu ada miliki shadow economy—disamarkan lewat startup yang sesungguhnya dimodali oleh keluarga shadow economy. Berapa besar nilai bisnis shadow economy? Nyaris seperempat dari GDP (gross domestic product/produk domestik bruto) dunia.” (hal. 39)

Total ada delapan keluarga besar shadow economy di dunia. Aturan mereka sederhana: fokus pada bisnis dan kawasan masing-masing, tidak perlu mengganggu keluarga lain. Namun, bisnis tetaplah bisnis. Langit tidak cukup menjadi batas keserakahan manusia.

Master Dragon selaku penguasa Hong Kong ternyata menghimpun kekuatan untuk  menghabisi Keluarga Tong. Aliansi terbentuk. Keluarga Wong dari Beijing, Keluarga Lin dari Makau, dan El Pacho dari Meksiko turut bergabung. Mereka juga menyewa Sersan Vasily Okhlopkov, sniper terbaik dunia dan Yurii Kharlistov, pembuat bom ternama.

Keluarga Tong terancam. Atas saran orang-orang kepercayaannya, Bujang berupaya mencari sekutu. Negosiasi dijalankan untuk merebut kepercayaan Keluarga Yamaguchi di Jepang dan Keluarga Krestniy Otets, pimpinan Bratva Rusia. Adapun Keluarga J.J. Costello di Florida tidak pernah ikut berperang. Dibandingkan menguasai Asia Pasifik, mereka lebih suka berekspansi ke Eropa, Amerika, dan Australia.

Di tengah usaha menstabilkan kawasan Asia Pasifik, Bujang lagi-lagi bertemu hantu masa lalunya. Ia dipaksa mengingat kembali kisah ibunya, Midah dan bapaknya, Samad melalui kehadiran si kakak tiri. Mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi di masa lampau melalui sekumpulan surat berisi cerita-cerita yang belum pernah dituturkan siapapun.

Mampukah Bujang mengalahkan Master Dragon? Siapakah sebenarnya kakak tiri Bujang dan apa alasan di balik kemunculannya yang mendadak? Novel setebal 455 halaman ini siap menjawab itu semua.

Kemanakah Bujang akan PERGI? Akankah Bujang berjalan mengikuti jalan yang sama atau malah berjalan ke arah “lain”?

"Sejatinya, ke mana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa ‘kendaraannya’? Dan kemana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup itu? Itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. ‘Kamu akan pergi ke mana?’ Nak." (hal. 86)

Minggu, 27 Januari 2019

Sampai jumpa


Awalnya aku kurang setuju jika orang berkata masa-masa SMA paling indah, tapi beberapa bulan belakang ini aku baru menyadari dan merasakannya.

SMA itu indah, sangat indah untukku dan untuk semua orang. Aku susah untuk menceritakan semuanya, karena semua orang pasti sudah mengalaminya.
Bagiku, masa SMA adalah masa yang paling dewasa setelah melalui banyak fase sebelumnya. Mulai dari TK ketika masih tidak tau apa-apa dan susah untuk mengerti, SD yang sangat polos, SMP yang sangat labil dan penuh cinta monyet, SMA ini membuatku mulai mengerti banyak hal, banyak kisah yang terjadi, banyak kenangan yang terukir, banyak harapan yang terpanjat. Kenangan manis, pahit, suka, duka, bahagia, merana, dan sebagainya 😂.

Fase SMA menurutku ada 3 :
 - Kelas 1, masih pendiam, malu-malu dan masih polos-polosnya *kalau aku pribadi, aku sangat suka fase ini
- kelas 2, udah keluar kedoknya wkwk, udah mulai kelihatan bandel, berontak, merasa berkuasa atas adik kelas 🤣
- kelas 3, mulai tobat hahahaha, membuat sesuatu yang indah untuk kenangan kelak, selanjutnya ujian-ujian-ujian.

Dalam setiap pertemuan, pasti selalu ada yang namanya perpisahan, siap atau tidak, semua itu memang selalu terjadi, meski pilu rasanya.

Di hari ini, aku akan menulis tentang kami, tentang kenangan indah dan pahit itu, masa-masa berduka dan bahagia, akan aku tuangkan dalam tulisan sederhana.

Aku, seorang anak yang memang tidak menyangka akan bisa tiba di fase ini bersama orang-orang terhebat dihidupku, sahabat. Jika dilihat sekilas oleh orang yang tidak dikenal, mereka pasti memberi kesan jika aku ini anak pendiam dan pemalu hahaha. Tapi jika bersama sahabat-sabahatku, aku adalah orang yang gila, pembuat onar, moddy'an, keras kepala, dan selalu membuat malu. Itulah aku yang sebenarnya.

Tiga tahun menurutku waktu yang lumayan lama untuk mengenal satu sama lain. Bersama mereka aku tidak harus menutupi siapa aku sebenarnya, tidak pernah malu beruntuk memperlihatkan siapa aku, aku bahkan tidak pernah ragu mengatakan jika aku tidak suka.

Kisah ini sebentar lagi berakhir, hanya tersisa dua bulan saja. Aku hanya ingin minta maaf jika selama ini aku memang selalu melakukan kesalahan, membuat perkara, bertingkah sesukaku. Maaf jika mengenalku kalian merasa tersinggung dengan kata-kata, perilaku, bahkan perbuatanku, itu adalah hal yang tidak sengaja.

Pernahku berpikir apakah aku pantas memiliki teman seperjuangan sehebat kalian? Dan ternyata memang aku pantas. Terima kasih untuk segala kenangan, kisah kita akan selalu terukir abadi di lubuk hatiku yang paling dalam, kisah yang kelak akan kita rindukan dan akan kita ceritakan untuk anak-anak kita.

Aku juga pernah berfikir, apakah aku pantas memiliki Sabahat sebaik kalian? Aku ini manusia rapuh, banyak masalah, sangat
Mudah tersinggung. Disaat ku sedang dalam keadaan terpuruk, tak sejengkal pun kalian pergi meninggalkanku. Kalian sahabat terbaik yang tidak datang disaat ku bahagia dan pergi disaat ku berduka. Biarlah kisah ini akan terus mengalir bagaikan air. Kelak, disaat kita sudah menua dan mempunyai keluarga, tidak ragu kuceritakan kepada anak-anakku bahwa aku bangga mempunyai sahabat seperti kalian.



Waktu berlalu begitu cepat
Tanpa terasa kita akan berpisah
Ikatan emosi selama ini akan terlepas

Kita berpisah dalam segala impian
Impian yang berbeda dan jalan yang berbeda
Semuanya untuk masa depan yang kita impikan

Ruang sederhana ini
Jadi saksi bisu di sudut memori
Tempat kita susah senang
Tempat dimana kita berjuang

Maaf atas segala lisan yang tak bertuan
Maaf atas sikap yang tak berkelakuan
Maaf atas fikir yang tak tertentukan
Kita tetap dalam naungan persahabatan

Di sekolah ini kita bertemu
Juga disekolah ini kita akan berpisah
Kita bertemu karena takdir
Berpisah juga karena takdir
Tapi semua ini bukanlah akhir

Kudoakan kalian kawan
Semoga tercapai semua harapan
Dan semoga masa kebersamaan
Tidak lekas kalian lupakan





Terima kasih, XII-IPA ❤️


Sabtu, 19 Mei 2018

Ot Danum

Kali ini aku akan menyelesaikan tugas 2, walaupun sudah menguap sedari tadi 😴
Buku yang berjudul 'The Ot Danum From Tumbang Miri Until Tumbang Rungan' ini ditulis oleh Abdul Fattah Nahan dan During Dihit Rampai. Ada 3 bahasa dibuku ini, yaitu bahasa Dayak Ngaju, Indonesia, dan Inggris.

Suku Ot Danum adalah nenek moyang suku Dayak. Mereka tinggal ditengah-tengah pulau Kalimantan, lebih tepatnya di daerah Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Legenda asal mula Tambun Bungai sangat dikenal masyarakat didaerah tersebut. Yaitu Tambun dan Bungai, tidak lain dan tidak bukan adalah nenek moyang suku dayak, mereka juga dikenal dengan tokoh gaib yang mempunyai kekuatan. Situs-situs Tambun dan Bungai memang sudah banyak yang hancur dimakan usia, tetapi lokasinya masih dianggap sakral dan menjadi area terlarang sehingga sampai sekarang masih bertahan.
Situs Tambun dan Bungai terletak di Tumbang Pajangei, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas. Lokasi tersebut hanya berjarak 9,2 km dari Kota Kuala Kurun sehingga dapat ditempuh oleh segala jenis kendaraan dengan kondisi jalan yang sudah beraspal.
Kelerangan obyek wisata ini berkisar 5-20%. Situs ini menyimpan berbagai bentuk peninggalan sejarah, antara lain berupa: patung Tambun Bungai, Kumpulan Penyang Pusaka, Pasah Patahu Tambun Bungai, situs Batu Bulan, Sandung Tamanggung Sempung.

Dilihat dari berbagai koleksi peninggalan sejarah yang dimiliki, situs ini bisa dikembangkan sebagai sarana wisata sejarah disamping juga untuk kegiatan pedagogik (muatan lokal).

(sumber: gunungmaskab.go.id)

************

Ingin cerita sedikit tentang diriku

Sebenarnya aku bukanlah 100% suku dayak Ngaju.
Orang tuaku berbeda suku dayak, Ibuku suku dayak Ngaju, sedangkan ayahku suku dayak Ot Danum.
Bahasa pun sangat berbeda.

Aku ingat ketika aku ke pedalaman Ot Danum, disambut oleh keluarga ayahku, tapi mereka berbicara dengan bahaya yang tidak pernah aku mengerti. Maklum lah, keluargaku saat ini menetap di pedalaman dayak Ngaju. Kami ke padalaman Ot Danum ketika libur saja, dan itupun jarang. Aku terakhir kali menginjak pedalaman Ot Danum ketika kelas VIII, dan itupun aku tidak datang ke kampung ayahku, aku hanya liburan ke tempat kakakku bekerja, yaitu Tewah. Dan tinggal menghitung hari lagi aku akan kembali ke sana.

Pedalaman Ot Danum, aku datanggg....

#TugasRCO'3 #Level4 #Tugas2 #OneDayOnePost

Coretan tentang pesan dan kesanku


Deadline lagi, aduuhh...

Setelah dari pagi memikirkan lebih baik mengerjakan yang mana terlebih dahulu, baru malam ini aku menemukan jawabannya, yaitu menulis tentang Kesan dan Pesan untuk Reading Challenge ODOP (RCO) tercinta.

Aku sudah pernah ikut di RCO musim kedua dan beruntung saat itu aku lulus, sepertinya itu yang membuatku menjadi ketagihan, membaca memang selalu membuat ketagihan, apalagi jika dipaksa. Itu akan menjadi suatu tantangan tersendiri.

Di RCO musim ketiga ini, aku menjadi PJ, ditemani si Lutfi yang tidak lain adalah teman seperjuangan ketika masuk di ODOP Batch 4.
Sebenarnya aku sangat jarang bekerja, dikarenakan sakit yang selalu datang kapan saja, sakit yang tidak tau diri. Diobatin malah ngelunjak, apalagi gak diobatin, kebayang kan ngelunjaknya kayak gimana? Hahahaha
Jadilah si Lutfi yang paling sering bekerja, mulai dari ngerekap, menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya. Maaf ya Lut 🙏

Btw, kok jadi curhat?
Sebaiknya langsung ke pambahasan, sebelum curhat ini beranak cucu hehehe

Reading Challenge ODOP atau biasa disingkat RCO adalah salah satu program ODOP. Tujuannya jelas, yaitu  menumbuhkan minat baca bagi semuanya. Dari yang awalnya membaca 10 halaman per hari, 20 halaman perhari, atau 30 halaman perhari, menjadi semakin banyak halaman yang dibaca setiap harinya.

Awalnya, yang mendaftar di RCO cukup banyak, hingga Lutfi sekali mengirim hasil rekap, bisa berlembar-lembar.
RCO musim ketiga dibagi menjadi 4 level, dan di level gang terakhir ini, hanya tersisa 25 orang saja yang mampu bertahan, kurang dari setengah jika dibandingkan dengan yang mendaftar RCO saat itu.
Tapi, terima kasih untuk yang masih bertahan. Kalian hebat, aku akui itu. Bagaimana tidak, tantangan yang diberikan setiap tingkat lumayan membuat kepala cenat-cenut mengerjakannya dan ternyata saat ini kita sudah berada di hari terakhir. Tanpa terasa begitu cepat 50 hari berlalu, bagai melesat begitu saja.

Semoga, ketika sudah lulus dan mendapatkan ijazah RCO, kita semua selalu membaca setiap hari, walau tidak ada yang memaksa atau merekap lagi. Jadi kita bisa membaca sepuasnya tanpa memikirkan lupa laporan.

Aku tidak tau apalagi yang ingin aku sampaikan.
Aku beruntung bisa mendapatkan teman kerja sekeren dan serajin Lutfi, semoga bisa bekerja sama dilain waktu lagi jika berkenan.
 Dan yang paling aku harapkan, semoga RCO makin keren kedepannya, makin oke, dan makin segalanya.

#TugasRCO'3 #Level4 #Tugas3 #OneDayOnePost

Tentang Bom Surabaya


Awalnya saya hanya iseng-iseng nimbruk grup Kabinet ODOP, dan saat itu mereka sedang membahas tentang RWC. Saya merasa saya gak tau apa-apa karena lantaran saya sendiri yang non muslim, akhirnya saya izin ke ketua One Day One Post untuk tidak mengikuti kegiatan ini, dan ternyata Paket memperbolehkan.
Tiba-tiba muncul lah si Lutfi Yulianto, yang biasa dipanggil Lutfi/Upi/Upil 😂 dan dia mengusulkan untuk mengerti tugas tersendiri untuk saya, yaitu tentang "Bom Surabaya", akhirnya itu menjadi tugas personal 😭

Cuss langsung ke topik pembahasan.

Hari Minggu, 13 Mei 2018, bom bunuh diri dan meledakkan 3 Gereja di Surabaya, yaitu :

1. Gereja Santa Maria Tak Bercela
2. Gereja Kristen Indonesia, jalan Dipenegoro
3. Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, jalan Arjuna

Menurut update terakhir yang saya lihat, 18 orang meninggal dunia.

Kalau ditanya sakit atau tidak mendengar berita itu, tentu saja sakit.
Terbanyang muka-muka imut anak-anak sekolah hari minggu. Mereka hanya hendak memuji Tuhan Yesus, tidak ingin yang lain. Teringat pula orang-orang yang hendak beribadah, yang belum sempat masuk ke dalam Gereja, mereka juga tertimpa. Ya Tuhan, ini sangat kejam sekali.

Mengapa harus Gereja? Mengapa harus hari minggu? Mengapa harus ketika mereka datang hendak memujiMu, tapi sesuatu itu meledak begitu saja, tanpa sempat mereka berlalri menyelamatkan diri.

Tapi, apakah kita harus sembarangan menuduh? Tentu saja tidak!

Malam harinya, kekasih saya yang tinggal di Surabaya, dan kebetulan rumahnya tidak jauh dari tempat kejadian bertanya
"Apakah kamu salah satu orang yang meyakini bahwa teroris itu beragama Islam?"
Dengan tegas saya berkata "Tidak!"
Kami boleh bersedih, kami boleh marah, tapi apakah kami boleh menuduh tanpa ada bukti?
Biarkan saja, biarkan. Cepat atau lambat semuanya akan terungkap, dan semoga para teroris itu menerima ganjarannya.

Pray For Surabaya. Percayalah, Tuhan akan bertindak mengatasi

Darah Tuhan Yesus mengurapi hamba-hambanya yang terluka, hamba-hambanya yang sudah tak bernyawa oleh ulah para teroris yang diabad itu.

Jumat, 04 Mei 2018

Biografi Mohammad Hatta


Beberapa hari ini bingung antara memilih sejarah atau novel yang difilmkan, dan akhirnya akibat terlalu lama memikirkan, mepet deadline lagi mepet deadline lagi. Sudah kebiasaan sepertinya. Sampai akhirnya aku memilih menulis tentang buku sejarah saja.

Jujur, aku adalah orang yang tidak terlalu suka sejarah. Karena apa? Entahlah, setiap membaca buku sejarah, kantuk selalu menyerang.
Untuk menyelesaikan buku ini saja sangat berat rasanya, beberapa kali tertidur, tapi akhirnya bangun lagi, kaget gara-gara teringar buku bacaan belum selesai.

Membaca sejarah menurutku penting, sangat penting malah. Banyak ilmu-ilmu yang dapat diperoleh dari sana, banyak pengalaman hidup yang luar biasa dan hal mengagumkan lainnya. Tapi, entahlah. Seperti yang kukatakan tadi, setiap membaca buku sejarah, aku terlalu tertidur. Entah, buku sejarah apapun itu, sama saja.

Sudahlah, daripada mendengarkan curhat yang tidak berfaedah ini, lebih baik kita ke jati diri tulisan ini yang sejujurnya.

Buku yang saya pilih sebenarnya buku Biografi bapak Mohammad Hatta yang berjudul " HATTA Jejak Yang Melampau Zaman".

Ia lahir pada 12 Agustus 1902 di Desa Aur Tajungkang, Bukittinggi, dari pasangan Mohammad Djamil dan Saleha Djamil. Orang-orang tua di Bukittinggi menyebutnya ‘anak cie pamaenan mato’–anak yang pada dirinya terpendam kebaikan dan perangainya mengundang rasa sayang.

Dialah Mohammad Hatta. Lelaki dengan senyum ikhlas, wajah teduh, rambut dan pakaian rapi, serta pribadi yang kalem, praktis, dan taat beragama. Bung Hatta adalah sosok bersahaja, tenang, dan penuh wibawa. Hatta adalah negarawan yang langka, sebab ia menulis. Hatta mulai menulis saat umurnya 18 tahun, sebelum masuk universitas. Tulisannya menunjukkan luasnya bacaan dan minatnya pada sastra Ia menguasai sekurangnya bahasa Melayu, Belanda, Inggris, Jerman, serta Prancis. Saat dibuang ke Tanah Merah, Boven Digul, ia membawa 16 peti buku.

Seri kali ini mengangkat kisah Mohammad Hatta, mantan wakil presiden Republik Indonesia. Buku ini terbagi menjadi enam bagian. Dibuka oleh surat dari Goenawan Muhammad kepada Bung Hatta. Selanjutnya menampilkan kisah-kisah yang ditulis berdasarkan hasil penelusuran para wartawan Tempo. Beberapa diceritakan dari sudut pandang orang-orang yang dekat dengan Hatta, orang-orang yang pernah ‘bersentuhan’ langsung dengan beliau, serta dari investigasi ke tempat-tempat yang pernah dikunjungi sang Bapak Koperasi kita.
Saya suka sekali dengan gaya penuturan Tempo. Detil dan membuat emosional. Banyak hal yang saya pelajari dari membaca penggalan-penggalan kisah. Menyenangkan sekali ‘belajar sejarah’ dengan cara seperti ini. Membaca kolom-kolom, melihat galeri foto-foto yang dipajang, membuat saya seolah hadir di tempat serta kejadian yang disebutkan. Ada kisah kedekatan Bung Hatta dengan Bung Karno. Hatta adalah pengkritik paling tajam sekaligus sahabat Sukarno hingga akhir hayat Sukarno. Ada juga kisah Hatta dengan keluarga, sahabat, anak-anak angkat, galeri foto, serta cerita saat Hatta harus dibuang di Digul dan Bandaneira.

Nama Bung Hatta juga diabadikan sebagai nama jalan di Belanda. Mohammed Hattastraat. Prosedur penetapan nama jalan melibatkan sejumlah instansi seperti pos, bagian arsip, bagian perawatan monumen, serta komisi pengembangan dan pembaruan kota. Nama Hatta dipilih karena tokoh ini dianggap pemimpin pergerakan di Indonesia, negarawan, dan wakil presiden yang sempat ditahan Belanda lantaran aktivitas politiknya.
“Mereka adalah orang yang berjasa, berjuang demi pembebasan atau kemerdekaan negaranya,serta memiliki reputasi yang baik.”
Bagaimana sosok Hatta di mata kawannya yang lain? Di mata Sukarno, Hatta adalah sosok yang serius. Ia tak pernah menari, tertawa, atau menikmati hidup. Pun ketika ia muda. Jejak Hatta adalah orang yang memerah mukanya bila bertemu dengan seorang gadis.
Hatta memang bukan Sukarno. Hatta praktis tak pernah berbicara tentang dirinya secara pribadi. Ia terlalu rasional untuk mengungkapkan perasaannya secara terbuka.

#TugasRCO3 #Tugas1Level3 #OneDayOnePost